Oleh: Abdul Khamid, M.Pd.
Rektor IAI Al-Fatimah Bojonegoro
Ada yang harus di rawat dengan baik, namanya hubungan dengan Tuhan dan manusia, energi, visi misi hidup dan kesehatan. Ada yang harus dilatih sampai mahir, namanya kesabaran, daya juang, rasa syukur, empati, kemauan, belajar, kejujuran, rasionalitas dan berbuat baik. Ada yang harus dilepas, namanya ekspektasi sosial, kebahagiaan bersyarat, kekhawatiran pada hal-hal yang ada di luar kendali.
Supaya bisa menjalani hidup dengan tenang. Bersedih sekedarnya saja, karena untuk menjadi manusia yang sempurna, hanya dapat di tempuh dengan senyuman semata. Sesekali merayakan pencapaian kecil itu perlu ya, agar kita tidak mudah terpuruk saat ada kesukaran besar. Sebab pikiran cenderung lebih rapi mengarsipkan hal-hal buruk dari pada mengabadikan hal-hal baik.
Dosen harus bahagia, dosen harus selalu riang gembira. Tugas dan tanggungjawab seorang dosen itu memang begitu banyak. Mulai dari kewajiban melaksanakan tridharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) dengan segala perangkat dan administrasi yang harus diselesaikan. Belum lagi perihal kenaikan pangkat dan jabatan fungisonal, publikasi karya ilmiah, administrasi lain bahkan sampai kepada perkara mahasiswa yang selalu terbayang di dalam benak pikiran.
Agar dapat menjalani hal-hal tersebut dengan baik, bagi seorang dosen perlu menambah imun agar energi dan semangat terus bertambah. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan senyum merekah dan buat kondisi hati yang cerah. Berilah semangat kepada diri atas segala kebangkitan yang telah di perjuangkan, atas segala keterpurukan yang dengan penuh kesabaran dapat ditinggalkan, sehingga dapat menikmati indahnya fajar pagi dengan penuh semangat. Cobalah susuri kembali, betapa hebatnya diri ketika mampu bangkit kembali ketika terjatuh, dan mampu tetap tegar walau masalah yang datang kian membesar.
Memang di dalam hidup ini terkadang ada orang yang hadir dalam kehidupan untuk membuat kita pesimis atas jalan indah yang kita pilih. Tenanglah, dia hanya datang untuk menguji seberapa pantas kita ada di jalan itu. Ingat ya, hanya sekedar menguji. Maka, persingkatlah kesedihan, persingkatlah kekhawatiran, kembalilah untuk memelukNya lebih erat lagi, lebih kuat lagi. Pastikan hari-hari adalah hari untuk menjadi taat dan di dekatNya saja.
Ingat, tugas utama kita adalah mendidik dan mengajar. Memiliki tugas suci di bumi pertiwi ini dengan penuh dedikasi. Tak dipedulikannya peluh, tak disuarakannya keluh, meski lelah kerap kali singgah, menggelayuti raga yang tak lagi muda, karena mendidik adalah perihal ilmu yang dibagikan dan penuh manfaat.